Kepemimpinan (imamah) dalam Islam-setidaknya eksplisit dalam Islam Syi’ah, dan “malu-malu” dalam Islam Sunni-diakui sebagai poras utama kehidupan beragama dan bermasyarakat. Dalam hal pertama, seseorang tidak bisa menjalankan praktik beragamanya tanpa melibatkan dalam dirinya kehadiran seorang pemimpin (imam). Kehadiran seorang imam amat substantif bagi umatnya mengingat dialah-apalagi dalam teologi Syi’ah-yang berperan menjaga kandungan agama dan wahyu yang telah disampaikan Nabi saw. Dialah yang menerangkan makna lahir maupun batin sebuah nas. Dalam konteks ini, Imam merupakan perwujudan Logos dimana akal manusia pada praktiknya berasal dari pantulan Imam. Tidak ada hikmah dan kesucian tanpa karunia dari Sang Imam, sekalipun Sang Imam Gaib (baca: Imam Mahdi). Mengenal Tuhan berarti mengenal-Nya melalui Imam karen a semua pengetahuan berasal dari akal (Schuon, 1998)